R. Harun ar-rosyid (kanan), pengikut raja (tengah), Abu nawas |
Masyarakat indonesia baru saja menyelesaikan pilkada, pileg dan pilpres yang sangat menguras tenaga dengan mengunakan fikiran, emosi, perasaan, hati dan elemen elemen lainnya. Tidak sedikit yang sakit hati dan belum mampu move on dari kekalahannya oleh kelompok dan orang yang didukungnya. Karenanya penulis mencoba membantu menyerilkan perasaan dan hari yang sudah terkotori oleh debu debu pilpres, semoga pembaca mampu mengobati sendiri dan menjadikan Indonesia semakin jaya dan maju
Belum lama ini kita di pertontonkan oleh sikap KH. Abdur-rahman wahid (gus dur) yang mengorbankan kursi kepresidenan demi menghindar dari pertumpahan darah serta cerita-serita jenakanya mampu menurunkan tensi darah amarah patut dijadikan teladan kita dalam menaungi dunia sosial. Gus dur merupakan tokoh yang paling kocak yang pernah dimiliki indonesia, beliau sering di jadikan layaknya Abu nawas.
Kisah Abu Nawas dan Raja Harun Arrosid yang penuh inspiratif dan kocak menjadi teladan untuk mengendurkan otot yang tegang dan menurunkan tensi darah yang sempat naik sebab PILKADA, PILEG, dan PILPRES, Abu nawas (Abu Ali Al-hasan Hani Al-hakami. sering berperan sebagai orang sufi yang patuh terhadap hukum, sangat cerdik, dan selalu menang. Harun ar-rosyid berperan sebagai orang sufi yang serius, patuh terhadap hukum meskipun dia yang menyusunnya dan selalu kalah. keduanya saling membutuhkan bak gula dan kopi dalam wedang kopi.
Suatu hari Raja Harun Ar-rosyid mendapatkan habar tidak baik dan di tuntut menghukum pancung kepada Abu Nawas yang berpendapat Bahwa dalam sholat tidak ada rukuk dan sujud dan Raja Harun Arrosyid merupakan Raja yang suka menfitnah,perkataan tersebut dianggap melanggar sai’at dan fitnah. Dalam persidangan Abu Nawas membenarkan semua tuduhannya pengikut Raja Harun Arrosid. Si Raja langsung menyuruh algojonya untuk menghukum pancung Abu Nawas, namun berargumen, “ wahai Raja, saya memang benar berkata bahwa rukuk dan sujud tidak perlu dalam sholat, tapi dalm sholat apa? Waktu itu saya menjelaskan tata cara sholat janazah yang memang tidak boleh rukuk dan sujud. Terkait dengan ucapanku bahwa Raja Harun Arrosyid merupakan Raja yang suka menfitnah itu aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 QS Al-anfal yang artinya dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Alloh ada pahala yang besar. Sebagai seorang raja dan ayah, Raja sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka fitnah (cobaa)”. Mendengar penjelasan Abu Nawas, Raja Harun Arrosyid langsung tertunduk malu serta menganggap bahwa Abu Nawas sedang mengingatkannya. Dan Raja harun Arrosid memberi hadia kepada Abu nawas sebagai ucapan terima kasih.
Didalam kisah Abu Nawas selalu mengkritik Raja Harun Arrosyid dengan penuh etika tanpa menurunkan harga diri seorang raja.
Dari berbagai kisah lucu inspiratif Abu Nawas dengan Raja Harun Arrosyid bahwa dunia ini penuh permainan, karenanya jangan terlalu tegang dan mengambil hati dalam menanggapi sebuah masalah kecuali untuk meningkatkan kuwalitas diri dan mendekat kepada Tuhan yang maha esa.
Terima kasih sudah membaca coretan saya