Perjalan NU
NU merupakan satu satunya gerakan islam untuk memperjuangkan dakwa rosululloh SAW melalui jalur organisasi. Berdiri sejak 1926 yang di pelopori oleh kumpulan cendikiawan muslim nusantara, berdirinya NU di pengaruhi oleh kondisi politik dalam dan luar negeri pada massa itu kekuatan islam timur tengah telah di lumpuhkan oleh rezim saud yang di tumpangi oleh golongan wahabi antek penjajah sedangakan islam di dalam negeri mulai terindikasi tekanan tekanan penjajah yang tidak menguntungkan umat islam dan umat lainnya.
Pasca runtuhnya rezim soeharto oleh mahasiswa, nahdlotul ulama’ kembali bangun dari tidurnya dengan membawa bendera “partai kebangkitan bangsa” setelah di paksa tidur di ranjangnya rezim soeharto namun hal itu tidak terlalu lama. Mengingat mesin mesin NU belum sepenuhnya panas. Hal itu di tandai dengan banyaknya cendikiawan muslim yang saling berebut kekuasaan seperti K hasim muzadi, K solahudin wahid.
Di bawah kepemimpinan KH said aqil siroj NU mencoba kembali di dalam jalur pendiri NU KH Hasim as’ari yaitu ormas independn dalam memutuskan sesatu tanpa interfensi dari pihak lain kecuali argumentasi kuat dan jelas sesuai literasi-literasi islam. Kiyai said dan ulama’ NU lainnya mampu menjalankan roda NU berjalan bersama, hal ini bisa di lihat dengan majunya rois am NU dalam kanca perebutan kursi presiden demi menjaga negara kesatuan indonesiaa dari faham yang tidak sejalan dengan ideologi nahdlotul ulama’ bahkan bisa di kategori tidak sejalan dengan ideologi islam yang di bawa langsung oleh rosululloh Muhammad SAW.
Dalam perebutan kursi presiden NU harus menghadapi berbagai rintangan termasuk orang orang yang ada di tubuh NU yang belum faham terhadap jalan dakwa ormas NU. Karenanya NU tidak mampu menduduki kursi presiden melainkan hanya sampai pada kursi wakil presiden berbeda pada era kepemimpinan KH abdurrahman wahid (gus dur) dengan meng aktifkan kendaraan partai kebangkitan bangsa.
Kebangkitan sekte wahabi yang menunggangi berbagai parpol membuat ulama' kader NU geram dan menghaaruskan turun jalan. Sekte wahabi meeupakan rival nya sekte aswaja yang menjadi andalannya nahdlotul ulama'. Karenanya ulama’ kader NU yang ada di lingkaran politik di perintah untuk berperan aktif dan langsung merebut kekuasaan sebagai perwakilan NU tanpa sembunyi sembunyi. Kader NU tersebut jatuh pada kiyai yang bernama ma’ruf amin yang sebelumnya pernah menjadi DPR, MPR, bahkan dewan pertimbangan persiden.
Dengan mengetahui sejarah singkat perjalanan NU dari prespektif politik apakah NU di bawah kepemipinan KH said aqil siroj tidak sesuai dengan khittoh NU yang di bawa oleh KH hasim as’ari dan sahabat sahabatnya? Kita sebagai orang NU atau simpatisan NU apakah pantas tidak mendukung perjuangan NU serta pergerakan ulama’ NU?
Jika pergerakan dan dakwah NU sesuai dengan tuntunan baginda nabi Muhammad SAW apakah memilih nomor 01 hukumnya tidak bagi kader dan simpatisan NU?
No comments:
Post a Comment